Pages

Lorem ipsum

slider

Coretan Prosa by : Beta Cinto ATi (HMSI 1)

Rabu, 01 Agustus 2012


Kutemukan airmata dalam derai hujan yang turun melintasi bumi malam ini. Menyesakkan dada, lansung kuteringat pada kisah pilu yang ada.

Bagai titik hujan yang mendamba bertemu kelopak bunga, namun tak pernah berkuasa untuk demikian hingga hanya berakhir pada rindu yang lebih baik menguap liar begitu saja. Entah apa pemikiran baik hingga rindu kandas tanpa bekas, mungkinkah titik hujan lansung jatuh mengambang tak tertahan pada pangku kelopak, menuruni tangkai menembus duri yang membawa sakit yang tak terperi.

Kepada siapa titik hujan akan menunggu, sedang kupu-kupu tak bertangan untuk menyelamatkan.

Seperti rasa sukaku padamu yang tumbuh dalam keraguan yang pasti. Entah apa yang kukejar, entah apa yang kuharap, sedang kau hanya sanggup membisu seperti yang telah kau janjikan dengan waktu.

Aku berpikir mungkin tak apa sedikit usaha tak bernada bisa mengundangmu untuk berucap sekalimat kata. Namun, hatikupun tak cukup lama ingin mencoba-coba. Bukan karena malu-malu, namun aku tahu takkan ada akhir yang berubah dari cara ini. Aku tak cukup lincah dan pandai memainkan peran, pun kau tak begitu peka untuk melihat dan mendengar. Telah lama kuputuskan untuk tidak bertahan. Biarkan saja cerita berganti dengan keadaan yang kuubah. 

Tapi seiring waktu, tak ada kebaikan sebagai perubahan. Aku tak bisa mendengar suara lain meski telah kumatikan lagu tentang dirimu, mata hanya terbuka untuk satu kilas gerak-gerik saja dan itu kaulah yang punya. Hatiku tetap tak terisi meski seluruh huruf-huruf cerita tentangmu telah kubuang di masa lalu. Namun, masih lekat terasa kakiku berpijak pada senja indah kemarin. Bayangmu masih ada meski tak pernah kupanggil dan tak pernah pula ia mengamuk.

Yang teringat masih kamu, meski aku tak pernah berusaha untuk mengingat, dan kamu tak pula memaksa untuk diingat.

Meski jarak semakin nampak dan jelas, di suatu masa yang biasa-biasa saja, aku ingin kau tahu bahwa aku menyimpan rindu. Biar terucap begitu saja, tanpa rasa harap yang masih bersisa dan tanpa duka yang mengikat dilema. Aku tertawa sesudahnya, dan kamu juga menyambut dengan biasa bagai cerita yang tanpa nyawa. Jangan tersenyum dengan mata itu agar asa tetap tiada, dan jangan tersenyum kecut agar aku tak menghibamu yang terlambat menyadari adaku.

By: BETA CINTO ATI -HMSI 1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan Berkomentar dengan sopan dan membangun

Anda punya pertanyaan, request, kritik, dan saran ??
Layangkan ke FanPage kami di http://www.facebook.com/NamudaMedia

Terjemahkan